oleh

KPK OTT Bupati Meranti, Bidal Usang “Tak Suai Cakap Dengan Buat”

Oleh Agoes S. Alam

Trajunews – Berita OTT KPK Bupati Kepulauan Meranti sepertinya membenarkan dan menguatkan bidal usang “tak suai cakap dengan buat” itu benar tidak asal cakap tapi terbukti apa yang dicakap. Bidal ini saja lagi yang tepat untuk dikatakan pada M. Adil Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti itu.

Kemiskinan hanya alat jualan yang akhirnya ketika ada dana untuk kemiskinan ekstrem bisa dibantu malah tetap saja tak sampai ke yang miskin ekstrim itu, tetap juga disunat [cut off].

Belum habis kekaguman dan kesalutan bukan hanya masyarakat Kepulauan Meranti juga masyarakat Indonesia atas keberanian sang Bupati M. Adil melawan ketidak pedulian pusat [baca; Jakarta] atas ketidak keadilan hak migas Kabupaten Kepulauan Meranti dan kemiskinan ekstrem masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti, sepertinya berita OTT KPK menghapus semua jejak-jejak perjuangan, keberanian dan kekaguman itu, bahkan kejadian ini bertolak belakang sekali dengan kemiskinan ekstrem yang diteriakkannya di Jakarta itu.

Dan kini yang tinggal hanya bidal usang itu menguap jadi bahan gunjingan murahan sana sini saja lagi.

Kabupaten Kepulauan Meranti sejak pemekaran sampai hari ini belum terlihat perubahan pembangunan yang signifikan. Sebagai kota yang dikenal sebagai penghasil sagu terbesar di dunia sampai hari ini satu pabrik pengolahan sagu yang besar tak terlihat, bahan mentah sagu dibawa keluar baik dalam negeri maupun luar negeri.

Mimpi-mimpi besar para Bupati yang telah menjabat baik dari sebelum pemekaran kabupaten sampai ke pemekaran tinggal hanya mimpi yang realisasinya juga pasti tak jelas. Mereka merasa biasa ketika kinerja pembangunan biasa-biasa saja dan tak ada yang luar biasa dan dapat menyentuh peningkatan taraf hidup masyarakat.

Belum lagi penghasilan masyarakat di desa-desa di Kabupaten Kepulauan Meranti dari hasil getah yang puluhan tahun tak pernah naik meskipun harga getah di pasar internasional sudah “meroket ke bulan” harga getah penjualan rakyat tetap saja rendah [melesak]. Sampai hari ini tak terlihat upaya pemerintah Kabupaten Meranti untuk memutuskan ketergantungan penjualan hasil getah rakyat ke tengkulak atau cukong yang telah tujuh keturunan “mengisap darah” rakyat.

OTT, KPK, Adil, getah dan sagu adalah jejak digital yang mengajak kita merunungkan kembali makna kata penyamaran [camouflage]. Teringat pada kata-kata bijak Prof. Yusmar Yusuf “Telunjuk yang menunjuk rembulan bukanlah rembulan”. (Agoes S. Alam)

Komentar

News Feed